You, And Only You

Untuk challenge Unusual Pet Challenge, IOC Writing Project

High Quality Twilight Princess Zelda and wolf link Blank Meme Template

 

Pada zaman dahulu kala,

Seekor serigala terbangun dari tidurnya, telinganya bergerak-gerak. Ia membuka matanya dan mendapati bahwa malam ini sangat gelap. Padahal sebelum ia tertidur ia yakin bahwa bulan sedang purnama.

Saat sang serigala menatap ke langit, ia melihat seekor raksasa sedang melahap rembulan.

Serigala itu bangun dan melolong, menggeram pada raksasa. Serigala ini bukan serigala biasa: matanya berwarna biru langit, tubuhnya sebesar gunung, bulunya berwarna cokelat gelap dengan bulu putih di dahinya yang membentuk tanda yang aneh. Suara geramannya sangat keras, bagaikan halilintar menyambar.

Raksasa itu terkejut dan rembulan memanfaatkan itu untuk lari dari genggaman sang raksasa. Sang serigala terus menggeram, melolong kepada raksasa hingga akhirnya ia pun lari dari tempat itu.

Setelah raksasa pergi, rembulan turun ke hadapan serigala. Sang rembulan berubah menjadi sosok gadis yang cantik. Tidak pernah serigala melihat gadis secantik rembulan.

“Terima kasih karena telah menolongku dari raksasa. Sebagai tanda terima kasih aku akan melakukan apapun.” Ujar putri rembulan.

Sang serigala menutup matanya dan ia berubah wujud menjadi seorang pemuda yang gagah. Sang putri rembulan belum pernah melihat pemuda yang lebih rupawan dari pemuda serigala itu.

“Aku tidak butuh apa-apa. Aku hanya berusaha membantu.” Pemuda serigala menolak tawaran si gadis.

Lalu sang putri pun bercerita bahwa pada waktu tertentu sang raksasa selalu datang dan mencari dirinya. Sang raksasa akan memakan cahaya rembulan dan menjadikan rembulan menjadi gelap. Itulah yang kita kenal sebagai gerhana bulan.

Sang pemuda pun bersumpah, bahwa setiap raksasa datang ia akan melolong, menggeram kepada raksasa. Dengan begitu gerhana bulan bisa cepat selesai dan bulan bisa kembali bersinar.

Itulah sebabnya, di Kerajaan Ioer ini jika terjadi gerhana bulan kita bisa mendengar serigala melolong. Karena para serigala bersumpah untuk membantu sang putri rembulan untuk lari dari kejaran raksasa.

Selesai.

.

.

.

“Putri Amaris, apa itu sebabnya bendera kerajaan kita bergambar serigala yang memandang bulan?”

Amaris meletakkan bukunya dan menatap bocah lelaki berumur sepuluh tahun di hadapannya. “Begitulah. Mereka bilang pemuda serigala itu tinggal di sini supaya bisa menolong putri rembulan. Mereka akhirnya membentuk kerajaan yang disebut Kerajaan Ioer. Logo bendera kita diambil dari cerita ini.”

“Hah? Berarti kita juga bisa berubah jadi serigala, dong?”

“Hah? Masa sih?”

Suasana langsung ricuh, Amaris tertawa lepas. Beberapa anak menahan napas hingga wajah mereka menjadi merah. Seakan dengan begitu mereka bisa berubah wujud.

“Ini cuma cerita, jangan dibawa serius ya.”

Beberapa anak mendesah kecewa. Wajah mereka sangat imut. Amaris tersenyum lembut, “Nah, sudah sore. Ayo pulang. Ibu kalian pasti sudah mencari kalian.”

Anak -anak yang ada di sana langsung meloncat-loncat, melangkah pergi tidak lupa sambil melambaikan tangan. Memaksa Amaris berjanji untuk besok kembali membaca dongeng yang dengan antusias Amaris setujui.

Amaris tinggal sebentar untuk membereskan beberapa buku yang berserakan dan menumpukkannya di meja perpustakaan. Ia meraih tasnya, melambaikan tangan kepada petugas dan keluar dari perpustakaan.

Hari sudah gelap, Amaris tidak sadar ternyata membereskan buku memakan waktu yang lumayan. Angin malam bertiup dingin, tanpa sadar Amaris menggigil. Istana kerajaan hanya berjarak sepuluh menit dari perpustakaan, tak terasa ia sudah sampai.

Amaris berjalan cepat-cepat, disapa oleh berbagai pelayan dan penjaga istana. Tak lama kemudian ia sudah sampai di kamarnya. Saat ia membuka kamarnya seekor serigala berbulu cokelat sedang berbaring di karpet kamarnya.

“Aku pulang.” Amaris menyapa serigala itu. Ia berjalan mendekat dan langsung memeluk serigala. Sang serigala hanya diam, mengendus dan menggerak-gerakkan telinganya.

Sang serigala menggeram, Amaris menatap sesaat. “Apa kamu tidak suka aku peluk?”

Serigala itu mengendus-endus udara dan langsung berlari ke balkon kamar, Amaris mengikuti. Ia menatap langit. “Ah, sebentar lagi mau gerhana bulan ya?”

Amaris menatap serigalanya. Tapi alih-alih serigala Amaris malah menatap seorang pemuda yang rupawan. Auranya memancarkan angkuh dan keras kepala. Sirat matanya seperti bertanya sesuatu, Amaris tersenyum.

“Karena setiap akan gerhana bulan kamu pasti langsung gelisah dan menjauh dariku.”

Wajah pemuda itu gelap untuk sesaat.

“Meski begitu, kamu tidak bisa benar-benar menjauh dariku. Kau selalu ada di dekatku tapi seakan takut bahkan untuk satu ruangan denganku.”

Suasana hening.

“Maaf.”

Hanya ada satu kata itu saja. Amaris tersenyum.

“Sudah kubilang. Kamu tidak perlu minta maaf, kan?”

Pemuda itu menatap Amaris dengan serius, “Kalau saja aku lebih cepat. Kalu saja aku punya kekuatan yang cukup, aku bisa-”

Ucapan itu terputus, Amaris telah memeluk pemuda itu. “Sudah cukup. Kamu tidak perlu menyesali apapun.” bisik Amaris.

Amaris menahan wajah pemuda itu, mereka saling berpandangan. “Lagipula kehidupan seperti ini juga sangat menyenangkan. Aku tidak perlu takut dengan raksasa apapun. Dan aku tidak perlu kesepian.”

Angin malam berhembus.

“Karena kamu akan selalu berada di sisiku, kan?” Amaris tersenyum lembut menatap si pemuda.

Sang pemuda menggenggam tangan Amaris dan berlutut, “Aku, Ulv, dewa dan pemimpin para serigala di dunia ini. Bersumpah untuk selalu berada di sisi sang rembulan.”

Ulv memandang Amaris, “Tak peduli berapa kalipun kau terlahir di dunia ini. Aku akan terus mencarimu dan menemanimu untuk menghadapi gerhana rembulan bersama dirimu.”

Amaris tersenyum dan menggenggam tangan Ulv. Matanya menatap langit. Sebentar lagi gerhana rembulan merah akan terjadi.

.

.

.

Raksasa tidak suka serigala mengganggunya saat ia memakan cahaya rembulan. Karena itulah sang raksasa berpikir dan menemukan suatu cara.

Ia menangkap rembulan pada siang hari, ketika rembulan sedang tertidur. Sulit untuk menatap rembulan pada siang hari, tapi akhirnya raksasa bisa menangkapnya. Ia memakan cahya rembulan. Tidak hanya itu, ia bahkan memakan daging dan meminum darah sang rembulan.

Saat malam tiba, rembulan tidak bersinar putih cemerlang seperti biasanya. Akan tetapi berwarna merah. Sang raksasa tertawa. Sang serigala meraung dan melolong. Darah rembulan menetes ke Bumi, dari tetesan darah itu lahirlah seorang gadis yang sangat mirip dengan putri rembulan.

Sang serigala melindungi sang gadis. Akan tetapi raksasa masih terus mengejar sang gadis untuk memakan cahaya rembulan yang tersisa. Karena sang gadis tidak punya kekuatan apapun, ia mudah tertangkap oleh raksasa. Rembulan kembali berwarna merah.

Dan setiap sang gadis tertangkap, sang serigala akan melolong sedih.

Sang gadis akan lahir setiap gerhana bulan merah.

Dan akan mati setiap gerhana bulan merah.

Dongeng yang sedih, ya?

END


A/N: Ya, seperti yang ditulis diatas. Ini buat challenge di IOCWP. Dan lagi-lagi entah cerita apa yang saya buat setengah hati karena terlalu males. Jadi sebenernya mau nulis kalau serigalanya itu seperti hewan peliharaan buat Amaris. Tapi kok rada gak enak ya, soalnya si Ulv itu kan selain serigala dia juga dewa. Jadi kalo dia sumpah untuk jadi hewan peliharaan Amaris supaya barengan terus…err… kayaknya nganu banget. Jadilah saya nulis biar si Ulv barengan sama Amaris aja, gak perlu nulis jadi hewan peliharaan 😛

Tapi Amaris hebat amat ya…hewan peliharannya dewa serigala 😀